6.14.2013

Jalan-Jalan

Bagi saya, jalan-jalan adalah salah satu proses detoksifikasi. Bagi yang lain, jalan-jalan ke tempat yang jauh adalah sebuah peningkatan harga diri. Ada lagi yang menganggap jalan-jalan adalah hal yang sifatnya tidak wajib, bahkan asing. 

Kapan terakhir saya jalan-jalan? kapan ya? Minggu ini adalah yang terparah karena jalan-jalan terjauh adalah jalan-jalan ke perpustakaan, mengerjakan tugas yang tak kunjung usai. Duh, saya seperti anak rajin ya? Ah, tidak karena sebagian besar sisanya saya gunakan untuk melakukan hal yang tidak produktif. 

Kenapa saya menulis tentang jalan-jalan? Karena saya hanya ingin jalan-jalan, yang jauh. Tidak jauh secara jarak tidak apa, membuat saya 'jauh' sejenak saja sudah cukup kok. Ini kode untuk mengajak orang jalan-jalan sebenarnya, siapa saja, dua minggu lagi saya punya dua bulan selo kok. Oke kak? ditunggu jalan-jalannya asal sesuai sama situasi dan kondisi saja. 

---

Oh iya, ini hari terakhir 31 hari menulis. Program yang sangat luar biasa. Luar biasa karena bisa membuat setidaknya 57 orang pesertanya menulis setiap hari dengan kesadaran penuh. Entah kesadaran untuk terus konsisten menulis atau kesadaran demi terhindar dari denda. Luar biasa karena membuat saya bingung ketika internet mati dan beberapa menit lagi pukul dua belas, tidak bisa diingkari bahwa 20ribu rupiah itu terlalu berharga untuk hilang hanya karena malas menulis. Luar biasa karena ini adalah bagian dari jalan-jalan juga ternyata. Luar biasa karena seolah menggali bakat-bakat yang membuat saya makin semangat untuk belajar menulis lebih baik lagi. Luar biasa karena bisa membuat banyak orang bilang, "cepetan ya, aku mau pulang, belum posting nih." Intinya, program yang dicetuskan oleh mas Awe ini hebat sekali, semacam bulan ramadhan, menahan nafsu untuk malas menulis. Dadaaaaaaah bang Wiro, sampai jumpa tahun depan! Syukurlah kapakmu tidak pernah menyerang 20ribu-ku. Saya nggak ngerti lagi mau tulis apa untuk posting terakhir ini karena saya nggak nyangka 31 hari itu cepat ya..............semoga saya masih terus rajin menulis ratusan hari ke depan. Amin. 

6.13.2013

Tiba-Tiba

Tiba-tiba seperti bintang jatuh
Bintang itu jatuh di kaki saya
Saya lupa mengucap harapan
Jadi saya diam saja
Lalu bingung.

Sekarang masih bingung
Tiba-tiba seperti bintang jatuh
Ujungnya menusuk jemari
Berkilauan seperti kunang-kunang nyaris mati

Kunang-kunang nyaris mati
Tiba-tiba seperti bintang jatuh
Ternyata dia hidup lagi
Oh, ternyata ulah ibu peri

Ulah ibu peri
Tiba-tiba seperti bintang jatuh
Ini semua ulah ibu peri
Saya tak tahu kenapa pergi kemari

Ibu peri
Beritahu caranya kembali.

6.12.2013

Ombak

banyak sekali yang kini suka mengetik pesan dengan tanda '~' ini. Saya juga sebenarnya nggak paham apa esensi dari tanda ~ini. Hanya saja, tanda itu begitu ngetren menggeliat dimana-mana,di timeline, di sms, di bbm, di apa saja deh. Kemudian saya simpulkan bahwa tanda itu adalah tanda bahwa pesan yang disampaikan itu kesannya santai dan nggak jutek. Jadi misalnya saja ya sms begini:
Eh kamu ke sini dong
Nah, itu bisa diartikan berbeda-beda. bisa saja kalau orang yang baca sedang sensitif ia akan mengira si pengirim pesan sedang marah, tapi kalau begini:
Eh kamu ke sini dong~
Itu bisa berarti bahwa dia mengirim pesan itu santai saja seperti sedang di pantai di bawah nyiur melambai.

Tanda ombak itu bisa juga digunakan untuk menghemat karakter. Misalnya mau berkata "kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" duh, kan pegal sekali kalau hapenya bukan qwerty. Maka dari itu, lebih baik pakai huruf 'a' secukupnya sehingga "kyaaa~" itu artinya bisa sama.

yang jelas tanda ombak ini ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
akan menimbulkan kesan yang santai dan sejuk di dalam pesan singkat anda. Tanda ombak ini merepresentasikan sebuah ketenangan di pinggir pantai bersama angin sepoi-sepoi,nyiur melambai, dan ombak yang bergulung. syuuuuu~~~

Karimun Jawa, Desember 2012.
Oh iya kalau mau tahu sebenarnya itu apa,coba googling. Ada kok di wikipedia~

6.11.2013

Banda Neira

Tadi sore saya sedang berniat mengerjakan salah satu tugas UAS. Karena sedang niat, maka saya juga mencari lagu apa yang pas untuk menemani mengerjakan tugas supaya makin semangat. Saya kemudian ingat akhir-akhir ini saya sering sekali dengar tentang Banda Neira, pernah sesekali dengar lagunya juga, tapi saya belum begitu memperhatikan. Saya putuskan untuk mengetik Banda Neira di tab search Soundcloud.

Saya klik 'play' di lagu Terus Berjalan. Saat intro sudah mulai, saya mulai mengetik lagi. Kemudian... Mbak Rara Sekar dan Mas Ananda Badudu bernyanyi "Bangun..Sebab pagi terlalu berharga 'tuk kita lewati dengan tertiduur." Saya seketika bagun dari tumpukan kata-kata di tugas saya dan... lagu ini sudah membangunkan sejak baris pertama. Selanjutnya saya hanya bisa ber-kyaaaaa~ dan mematung mendengarkan liriknya.

Sungguh-sungguh Banda Neira.. Liriknya seindah Pulau Banda Neira. Saya memang suka pada segala ungkapan tentang bangun pagi karena bagi saya ungkapan tentang bangun pagi adalah yang paling bisa saya rasakan. Meskipun saya sering sekali bangun siang, tapi saya suka pada ungkapan 'Kalau bangun siang nanti rejekinya dipatok ayam' karena itu membuat saya semangat ketika harus bangun pagi. Oh iya, ungkapan tentang bangun pagi membuat saya merasakan suasana pagi yang menyenangkan, entah mengapa.

Dan 'Terus Berjalan' ini lebih dari sekadar ungkapan bangun pagi. Bangun sebab pagi terlalu berharga tuk kita lewati dengan tertidur. Bangun sebab hari terlalu berharga tuk kita lalui dengan bersungut-sungut. Benar-benar, sungguh-sungguh, sangat-sangat ini adalah lagu moodbooster paling hebat yang saya temukan hari ini.



Oh iya satu lagi yang saya suka.



Dan kawan 
Bawaku tersesat ke entah berantah
Tersaru antara nikmat atau lara
Berpeganglah erat, bersiap terhempas
Ke tanda tanya

Banda Neira, saya jatuh cinta pada semua liriknya. Menambal, menyulam, menghindari karam. Berangkat di atas kapal kertas.

Saya belum terlalu terlambat untuk baru mengenal Banda Neira. kan?

6.10.2013

Kenapa

Saya sudah berniat untuk membuat posting tentang saya yang sering marah akhir-akhir ini. Sayangnya Tita sudah posting duluan nih. Huh! Saya mau marah-marah lagi sajalah. Nggak paham deh kenapa saya dan Tita sering sekali berpikiran sama, kadang-kadang berkata hal sama di waktu sama. Huh! Saya marah-marah lagi sajalah.

Katanya kalau marah membuat cepat tua. Maka dari itu saya marah-marah, supaya terlihat agak tua. Saya sering dikira anak SMP sih. Iya, beneran deh begitu. Silakan aja marahin saya kalau nggak percaya. 

Sebenarnya sih saya juga nggak tau kenapa sering marah-marah akhir-akhir ini. Duh, kenapa ya. Mungkin karena cinta saya nggak berbalas. Kalau nggak dibalas yaudah sih balas sendiri aja, saya sih males ya susah-susah nunggu balasan. Yaudah terserah saya kan, nggak usah marah gitu sih. 

Baiklah, sesungguhnya saya juga nggak tahu kenapa sering marah-marah. Saya ingat kemarin saya marah-marah sendiri waktu nge-LO performer untuk acara ulang tahun Bul. Rasanya sebal sekali hanya karena dia meralat sms saya yang typo. Iya, cuma begitu. Saya jadi males ngurusin mereka padahal mereka juga nggak kenapa-kenapa habis itu. Maaf ya performer yang melihat wajah masam saya. Saya juga nggak tau kenapa saya begitu emosional mungkin kaki saya pegal. 

Saya juga kadang-kadang pengen marah-marah sendiri kalau ada orang banyak tanya. Maaf ya Tita, pertanyaanmu memang tidak banyak, hanya satu, tapi diulang. Tapi jangan takut untuk tanya-tanya sama saya kok. Beberapa hari ini saya sedang berusaha untuk mencoba mengurangi sedikit-sedikit kesal yang ada di hati. Sungguh, saya juga nggak tahu kenapa. Ini mungkin salah satu efek dari kegalauan pemilihan konsentrasi kemarin. 

Saya bukan mbak-mbak labil yang ngakunya bipolar kok, bukan kok serius. Saya juga nggak tahu, rasanya ingin sekali menerkam orang yang kelakuannya agak menyimpang sedikit di sekitar saya. Duh mbak jalan yang bener dong. Dih, ini mas-mas mandi gak sih. Dek please ya nggak usah berisik. Beberapa waktu saya ingin sekali memusnahkan dunia, tapi buat apa saya juga nggak tau. Saya juga nggak ingin menguasai dunia.

Duh, maaf ya yang beberapa hari terakhir saya marahin. Saya memang sungguh-sungguh ingin 'ngeplak' orang, nggak tahulah kenapa. Mungkin kepala ini sudah sesak menyeruak sampai ingin 'ngeplak'. Ah, nggak bener nih saya cari-cari alasan. Kalau memang dasarnya aneh mau marah-marah ya marah aja kan ya? Nggak usah cari-cari alasan deh. Iya. 

Kalau banyak yang tanya, "Sri kamu kok keliatan bahagia terus sih?" ya mungkin beberapa hari terakhir adalah jawaban dari pertanyaan yang tadinya retoris itu. Saya nggak selamanya mringas-mringis, ketawa-ketiwi,cengengesan juga kan ternyata. Yah, setidaknya saya membuktikan bahwa saya normal-normal saja selama ini. Bersyukurlah yang sempat kena marah, berarti sudah dapat bukti nyata kalau saya normal kan. 

6.09.2013

Butet

Saya benci Butet.

Saya benci Butet karena dia terlalu awesome. awesome-nya pakai huruf besar ya, AWESOME! sejak kemunculannya sebagai peserta event tahunan paling kece se-Komunikasi UGM, 31 Hari Menulis, kini ia menjadi tenar bak aktris opera sabun. Pun saya tidak akan menyangsikan kepantasan dirinya untuk menjadi orang tenar karena tulisannya.

Duh, saya harus bilang apa lagi selain, BUTET KAMU KEREN BANGET! saya sampai rela memberi posting hari ke 26 ini untuk dirimu. Sudahlah tidak perlu pakai kata yang mendayu-dayu untuk bilang bahwa kamu keren sekali Butet!

Titah Asmaning Winedar. Saya suka sekali sama tulisanmu. Jangan tanyakan saya suka tulisanmu yang mana, saya suka semuanya. Saya benci sama tulisanmu, terlalu sering membuat saya terperangah. Maka dari itu saya harus membuat sekte untukmu. Kadang-kadang saya berpikir tentang apa yang ada di dalam otakmu, ah misteri.  

Butet. Mungkin saya lebay, selebay penjual kue bandung kotabaru saat mengoleskan mentega, selebay keju yang ada di dalam pukis kotabaru. Tapi kamu memang komplit istimewa seperti pukis dan kue bandung kotabaru. 

Butet. Aku benci sama kamu, gara-gara kamu saya harus berusaha makin keras supaya keren juga. Saya harus keren seperti Butet. Sesuai janji saya di twitter kemarin, saya akan ngetwit tentang menyiapkan sesaji untuk butet sampai hari terakhir 31 Hari Menulis. Ini sesaji untukmu malam ini. Pembangunan kuil sedang dalam proses perencanaan. Kitab suci sudah masuk percetakan. Butet, kamu terlalu a-we-so-me. Saya bete karena kamu terlalu a-we-so-me. 

6.08.2013

Sambat

Jadi, kemarin malam saya merasa diremas-remas otaknya. Bingung mau mengerjakan yang mana dulu, lalu tiba-tiba dapat pesan singkat yang menggelitiki otak yang sudah diremas. Otak saya jadi tertawa karena tersiksa.

Lalu saya lihat layar laptop dan mendapati sebuah fasilitas chat berlogo kotak hijau yang akhir-akhir ini sering iklan di tv. Teringatlah saya pada seorang teman yang bisa dijadikan tempat berkeluh kesah. Akhirnya, saya putuskan untuk memulai sebuah ritual 'sambat' yang dalam bahasa indonesia berarti mengeluh.  Bagi saya tidak baik sering-sering dilakukan, membuat hidup makin sulit saja. Namun, ya sudahlah sekali-kali dilakukan juga tidak apa-apa.

Inti dari kalimat pertama saya adalah, "saya pusing, tolong saya" ditambah dengan stiker guling-guling. Sayangnya, sampai tengah malam, saat otak sudah mulai santai teman saya itu tidak membalas juga. Ah, saya batal 'sambat' saja deh.

Tadi siang, ternyata teman saya membalas. "kamu kenapa?" dengan begitu terbukalah lagi kesempatan untuk berkeluh kesah. Mumpung ada kesempatan, saya segera bercerita kalau tugas takehome saya banyak, ada beberapa acara yang harus diurus dan lainnya. Saya sudah bercerita dengan semangat mengeluh yang tinggi seolah-olah saya ini lebih pusing dari SBY yang mengurus negara. Lalu ia, yang kebetulan adalah seorang mahasiswa jurusan sebelah bilang, "tugas takehome-ku juga banyak, ada 5 dari 8." Dari segi jumlah, ia tentu saja punya lebih banyak dari saya apalagi satu mata kuliah saya sudah bebas UAS. Namun, saya masih saja berkeras kalau saya ini orang paling sibuk dan pusing se-alam raya dan berkata, "Tapi ada tugas proposal, minimal 20 halaman," saya seolah tak mau kalah pusing. Ia membalas dengan rincian macam tugas dan minimal halaman yang harus ia tulis untuk setiap tugas yang ia miliki, lebih menyakitkan dari yang saya punya apalagi ada tugas makalah berbahasa inggris. Seketika saya hanya bisa terdiam dan membalas, "iya aku harus bersyukur, alhamdulillah." dan saya merasa gagal berkeluh kesah, saya gagal menjadi manusia yang tegar dan luar biasa. 

Saya jadi menyesal coba-coba 'sambat' yang tadinya saya bilang 'tidak apa sekali-kali'. Mengeluh kok coba-coba. Tapi setidaknya saya sadar, bahwa apapun pasti bisa diselesaikan kalau tidak mengeluh karena sebenarnya ada banyak sekali yang mungkin lebih susah hidupnya dari kita. Memang terdengar klise, tapi kalau belum membuktikan sendiri saya mungkin masih bebal dan tidak mau bersyukur. Namanya juga kenyataan, tidak bisa lah dipungkiri apalagi cuma disumpahi. 

Untuk mereka yang diserang takehome, tugas, dan pekerjaan lainnya, saya hanya bisa bilang, semangat ya! Ini adalah kata 'semangat ya!' yang sungguh-sungguh kok, bukan basa-basi. 

6.07.2013

Silaturahmi

Source: http://loyang28.blogspot.com/
Tadi siang saya lupa sedang membicarakan apa saat sedang mengerjakan tugas proposal kompaster. Oh iya, saya ingat. Karena sedang frustasi tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya, kami terpikir untuk menemui dosennya saja, mas Wid. Kami berpikir pula tentang kemungkinan kami datang ke rumahnya lalu Yesa bilang, "Ho o, terus gowo martabak yo! (terus bawa martabak ya)"

Saya kemudian berpikir, kenapa martabak? Bertamu ke rumah orang lain sering kali diidentikan dengan membawa martabak. Datang ke rumah pacar juga biasanya disertai dengan, "nanti datengin aja rumah pacar sambil bawa martabak." Kenapa bertamu dan bersilaturahmi identik dengan martabak?

Saya jadi ingat, memang beberapa orang kalau bertamu ke rumah bawa martabak. Saya juga kadang-kadang kalau tidak tahu mau bawa oleh-oleh apa juga beli martabak. Benar juga makanya penjual-penjual martabak selalu ditemukan di setiap perjalanan ya. Jadi, martabak adalah simbol silaturahmi. Martabak adalah tali silaturahmi. Menyambung tali silaturahmi berarti membawa martabak. Ya bolehlah, terserah saya kan ya. Mungkin saja martabak itu singkatan dari, "Mari bertamu, Bapak" atau "Makanan ringan untuk tamu, Bapak."

6.06.2013

Tiket Promo

Beberapa bulan yang lalu saya pernah posting tentang orang-orang anonim yang mewarnai perjalanan. Hari ini saya menemui lagi seorang, tapi kini saya tanya siapa namanya.

Saya ingat, di sekitar pertengahan bulan Mei kemarin sebuah maskapai penerbangan yang rajin kirim email ke saya mengadakan sebuah promo. Kala itu promonya sangat menggiurkan bagi saya, Jakarta-Singapore seharga Rp 99.000,-. Saya hampir saja membeli kalau saja tidak ingat bahwa tidak punya teman perjalanan. Teman saya masih ragu untuk membelinya, tapi saya bilang, "udahlah, nggak rugi-rugi juga kalau nggak jadi berangkat." Meskipun saya akhirnya memutuskan untuk batal membeli, saya tetap saja menyesal. Kakak angkatan saya membeli salah satu tiket promo serupa, saya makin menyesal. 

Hari ini saya sudah tidak menyesal lagi. 

Pagi ini saya dan teman-teman hunting foto untuk pameran PPC. Kemudian saya melihat seorang bapak tua duduk sendirian bersama tas-tas lusuh besar. Saya seketika mendapat ide. Saya ingin sekali memfoto bapak itu, tapi saya pikir tidak sopan sekali foto sembarangan. Mencoba jujur pada diri sendiri, saya kemudian meminta ijin pada si bapak. Kalimat perijinan darinya kemudian disusul cerita panjang yang tak pernah saya kira sebelumnya.

Kematian adiknya membawanya pergi dari Kutoarjo ke Yogyakarta. Kedua anaknya yang tinggal di luar Jawa tak ada yang sanggup pulang menemaninya. Sebuah sawah ia gadaikan demi menemui adiknya untuk terakhir kalinya. Sudah jauh datang masa tidak membawa apa-apa katanya.Setelah delapan hari tinggal di Yogyakarta, ia merasa harus pulang ke rumah, ke Kutoarjo. "Kasihan yang dititipi rumah," katanya. 

Berangkat dari Bantul menuju stasiun ia membawa uang yang pas untuk membayar ongkos bis kota dan tiket kereta seharga yang ia beli saat berangkat. Tak dinyana, uang yang ia siapkan pas tanpa kelebihan sedikitpun itu tak dapat ditukar dengan selembar tiket pulang. Kurang Rp 10.000,-. "Saya bingung, apa harus pulang lagi ke Bantul minta sisanya untuk ongkos pulang, atau jalan kaki saja sampai Kutoarjo, tapi ya nggak kuat sembilan puluh kilo jalan ke sana," ucapnya pasrah sambil menepuk-nepuk tas berisi baju bekas yang ia bawa. 

Sepuluh ribu rupiah. Untuk membeli tiket seharga tiga puluh ribu rupiah, ia harus berpikir panjang. Karena selembar tiket itu seharga tiga puluh ribu rupiah ia berjalan jauh dari stasiun, kebingungan, tertidur di sudut perempatan.Karena sepuluh ribu rupiah, ia bisa saja berjalan kaki berpuluh kilometer. Sepuluh ribu rupiah, senilai yang saya habiskan untuk membeli makan siang kemarin. Sepuluh ribu rupiah, se-per-sepuluh dari nilai yang saya bilang, "nggak ada ruginya kalau nggak jadi berangkat." Se-per-sepuluhnya, pak Sumarno hanya butuh tiket Jogjakarta-Kutoarjo, tidak butuh Jakarta-Singapore. 

6.05.2013

Meleleh

Aku tahu, aku seharusnya memejamkan mata lebih cepat

Ketika cahaya itu meresap bersama titik-titik air yang jenuh 
Mereka meniupkan duri-duri yang menusuki putih dalam tubuh
Aku diserang.

Bentuk bergerak yang telah hilang dimakan bulan
Membuatku berjalan menuju sepi
Berpindah menyambut gelap 

Ketika terang berkunjung
Aku tahu, ada sungai mengalir di sana
Sungai yang membuatku meleleh
Mengalir bersama kabut asap yang menyerang

6.04.2013

Si Latin di Gang Kecil

Jadi, saya mau cerita tentang apa saja yang terjadi hari ini. Intinya hari ini adalah proposal Metode Penelitian Sosial (MPS). Tidak, saya tidak mengerjakannya seharian, saya hanya memikirkannya seharian.

Di pagi hari, niatan saya untuk datang tepat waktu di kuliah teori komunikasi yang terakhir gagal oleh mimpi aneh yang membuat saya merasa sudah bangun padahal belum. Alhasil saya datang menjelang kelas berakhir dan masih setengah mengantuk saat ada tugas menulis review tentang teori new media dan entah apa itu. Oh iya, di hari selasa, istilah selo-selone menungso (luang-luangnya manusia) tidak berlaku di semester dua ini. Ada empat mata kuliah di hari Selasa.

Setelah kuliah Sistem Sosial Politik Indonesia, saya pergi ke perpustakaan bersama Butet dan Faida. Niatnya mau melihat-lihat skripsi untuk gambaran proposal MPS. Tiba-tiba Tita datang dan bergabung. Setelah puas dan saya pusing melihat-lihat, kami kembali ke kampus lagi dengan perut lapar. Faida dan Butet memutuskan untuk segera masuk ke kelas Komunikasi Massa. Saya dan Tita langsung menuju kantin untuk makan siang, mengakhirkan masuk ke kelas. Dengan wajah ceria, kami menyanyikan lagu 'breakeven'-nya The Script. Kemudian ada yang lewat, "Wah, itu heart breaker-ku!" lalu saya melambai dan meneruskan bernyanyi. Soto kantin hari ini tidak terlalu asin, tapi kata Tita tetap saja asin.

Di kelas Komassa, saya kemudian mendapati bahwa tugas take home mulai menyerang sembarangan. Setelah dihitung-hitung ada empat tugas take home dan saya merasa pusing. Yang terakhir adalah kuliah Komunikasi Antar Manusia. Setelah beberapa minggu terakhir kuliah diisi dengan penampilan drama dari tiap kelompok, hari ini nilai individu dan kelompok diumumkan.  Kyaaaaa~ saya senang sekali karena kelompok saya ternyata memiliki nilai tertinggi dan menjadi kelompok terbaik :D Wah, nggak sia-sia saya mesra-mesraan sama Heri dan jadi istri muda teroris. Pemain terfavorit dimenangkan oleh Yesa dan Mella. Kemudian Mbak Mutia memberi kami cupcake :3

Selesai Komanus, niat saya sih mau langsung pulang dan mengerjakan MPS. Namun sayang, ajakan Butet kali ini menggoda. Ia mengajak pergi ke sebuah toko buku yang berisi buku-buku 2nd impor. Duh, saya harus apa lagi kalau nggak memilih ikut saja ke sebuah gang kecil di Sosrowijayan yang kanan dan kirinya terdapat hotel dan toko buku. Beberapa waktu lalu Butet membeli sebuah kamus italia-inggris di sana.

Saya sih hari ini tidak berniat membeli apapun. Satu dua buku yang saya taksir sudah semakin membuat saya, "yah kok.. tapi harganya..yah ini kayanya bagus tapi nggak bawa uang.." tapi hal itu sudah biasa terjadi dengan saya sampai kemudian entah apa yang membawa saya kepada sebuah rak. Di rak itu saya asal mengambil sebuah buku bersampul putih yang ternyata adalah kamus Latin-Iggris, Inggris-Latin. Kemudian saya, "Kyaaa~ butet ini kamus latin kyaaaaaa~" saya sebenarnya tidak terlalu paham juga kenapa saya harus heboh terhadap kamus Latin ini. Namun.. ini kamus bahasa Latin, Saudara. Ya tidak apa-apa, saya ingin punya saja. Mungkin akan menjadi kepuasan tersendiri ketika saya punya kamus Latin di rak buku. Sayangnya, saya tidak punya cukup uang untuk beli si Latin ini. Begitu pula Butet dan yang lainnya nampaknya tidak se-excited saya dan Butet ketika bertemu si Latin. Akhirnya, saya hanya bisa menyalahkan si Latin, kenapa saya harus menemukannya, saya kan ingin.  Setelah menyesal bertubi-tubi saya pun akhirnya pergi menuntun motor saya di gang kecil itu meninggalkan si Latin. Lain kali kalau saya sudah tidak pelit dan punya uang, saya akan kembali lagi menjemputmu ya..

6.03.2013

Sapu Ijuk

Pertama kali mendengar namanya, yang saya pikirkan adalah sapu ijuk. Saya juga tidak tahu kenapa. Namanya Ika Septia Asridiastuti. Dari sekian ratus orang bernama sama, ia kemudian dipanggil Ikas. Asalnya dari Magelang dan kalau bicara terdengar sangat Magelang. Ia cantik, pantas menjadi Putri Indonesia.

Saya ingat, kami pertama kali pergi berdua ke ayam geprek Mas Kobis. Tau kenapa? Karena kami sedang frustasi tidak berhasil mengobrol dengan mas-mas seksi yang kami incar. Dia heboh sekali mau makan ayam geprek cabe empat puluh walaupun pada kenyataanya, "Mas, cabe enam." Di lain kesempatan, kami menuliskan hal yang tidak-tidak tentang mas-mas seksi yang sama.

Ikas adalah benang penghubung yang akhirnya mendekatkan saya kepada Tita. Setidaknya begitulah kesimpulan kami tentang bagaimana ceritanya kami begitu dekat. Ikas, Tita, Sri. Sri, Tita, Ikas. Tita, Ikas, Sri. Selalu begitu. Kami hampir selalu berkaitan. Ikas adalah teman yang juga sering iri sama Tita. Jadi, kami adalah teman yang saling iri.

Tita - Ikas - Srinindita
Pada suatu hari Ikas sangat tidak menyukai sahabat saya, Ardy. Entah kenapa, saya juga nggak tau. Katanya sih karena dia bilang, "Ardy, dicariin Sri." terus Ardy-nya malah jawab, "Oh, Sri-nya mana?" kemudian dia merasa Ardy sangat 'atos' karena ternyata malah ditanggapi serius. Tapi Kas, kalo bukan begitu kenyataannya aku minta maaf karena aku juga nggak tau sebenernya kenapa dan gimana. Syukurlah, sekarang mereka sudah berdamai setelah saling memaafkan. Entahlah itu saling memaafkan atau gimana yang jelas Ikas sudah nggak marah sama Ardy. yay!


Ikas itu anak indie. Sudah tidak usah berdebat tentang definisi indie. Bagi saya Ikas indie pokoknya. Dia selalu melakukan yang menurut saya...yah gitu deh...udahlah kas mbok ya udah... atau kas kok kamu bisa mikir gitu... Yang jelas, menurut saya tindakan ikas itu selalu berasal dari dalam dirinya, memiliki sangat sedikit pengaruh dari orang lain. Pokoknya yang menurut dia membuat dia senang, ya sudah dilakukan. Ya begitu sih yang saya pikirkan tentang Ikas si artis Magelang.

Kadang-kadang dia merasa ditinggalkan. Pada kenyataannya, tidak. Yah memang begitu Ikas. Aku sayang kamu deh kas! Kyaaaaaa~ Kyaaaaaaa~ muah muah. Oh iya, saya pernah cium punggung Ikas, dan saya nggak tau bagaimana perasaannya.. Oh iya, silakan klik blognya ikas di sini.

6.02.2013

Lupa

aku lupa belajar
aku lupa main
aku lupa berdoa
aku lupa makan
aku lupa minum
aku lupa.

aku lupa mau apa
aku lupa mau begini
aku lupa harus apa?

Kapan aku lupa kamu?
aku lupa kenapa galau.

6.01.2013

Rahasia

Karena ini rahasia, maka aku tidak akan memberitahumu satu kata pun. Mereka bilang ini rahasia, jadi kau tak akan bisa mengetahuinya. Aku bilang ini rahasia dan aku akan terus diam menelan kata-kata. Kalau kau tetap bertanya aku tak akan menghiraukanmu karena ini rahasia. Memangnya kenapa kalau rahasia? Kalau ini rahasia maka aku harus diam menutup rapat apa yang kutahu karena ini rahasia.

Kau masih ingin tahu? Aku tetap tak ingin memberitahumu karena ini rahasia. Aku akan terus minum rahasia sampai semua kata tertelan dan kau tak akan menemukan apapun meskipun telah membedah perutku. Karena ini rahasia, semuanya telah tercerna dan tak akan bisa kau pilah dimanakah rahasia. Aku tahu kau ingin tahu rahasiaku, tapi ini rahasia. Sudahlah kau mau apa lagi? ini rahasia dan akan tetap menjadi rahasia.

Kau akan tahu jika aku sudah kenyang makan rahasia. Karena kenyang, aku muntah. Aku muntah kata-kata. Aku muntah rahasia. Sayangnya, aku tidak pernah kenyang makan rahasia, maka ini akan tetap menjadi rahasia. Kau tak akan tahu karena ini rahasia. Sudah menyerahlah. Ini hanya rahasia.

Search This Blog