7.31.2013

Beb

this post contains unimportant things. please stop reading this if you're not in the middle of a boring holiday. 


Beb.

Beb, berangkat jam berapa?
yang bener beb?
mau kemana beb?
ya nggak gitu dong beb.
aku mau pergi nih beb.
ntar kabarin aku ya beb.
kamu dimana beb?
makasih beb :*

iya beb. yaudah sih beb. gitu aja deh beb. bosen nih beb. 
terus katanya mau liburan beb. oh ga jadi beb? yah terus aku sama siapa dong beb?
yah beb, ajakin liburan dong. bosen nih beb. beb? 

beb. kok aneh banget sih pake beb. kita kan nggak pacaran beb. oh iya beb. tapi yaudah sih beb.
biasanya juga gini sih beb. liburanya diomongin lagi yah beb.

apaan beb. ini aneh banget beb. kenapa b e b. kenapa beb? ada lainnya b, e, dan b gak sih beb? 

7.26.2013

Jelly

kadang-kadang saya bertanya kenapa mereka seperti jelly

jelly yang belum selesai mengeras
jelly yang terlalu banyak air
jelly yang dicacah dengan garpu.

7.19.2013

June, 24th.

tetiba sudah lama sekali dari tanggal di atas. Lalu saya belum sempat bercerita tentang satu hari yang paling membuat saya terperangah tak ada habisnya di bulan Juni. Jadi, saya sempatkan sekarang.

Ceritanya umur saya bertambah hari itu. Baru tahun ini saya hampir-hampir lupa bahwa saya bertambah usia di tanggal 24 Juni. Ketika baru saja sampai rumah dari kampus sekitar jam 12 malam setelah menunggu teman-teman saya yang pergi ke percetakan untuk (katanya) mencetak tugas saya membuka laptop dan teringat saat Uci menyapa di skype dan mengucap selamat. Padahal di Twitter saya malah heboh membahas tentang blog selo wabah bawang. Dengan nyawa yang tersisa saya membalas ucapan di twitter hingga terkantuk-kantuk.

Ucapan-ucapan mengejutkan datang bersama mereka yang memention di twitter. Sungguh, sejak menit pertama hari itu, kejutan telah datang. Ucapan-ucapan yang memiliki dua balasan, satu di twitter kepada orang tersebut, satu lagi di skype kepada teman saya dengan capslock berisikan komentar-komentar yang tak mungkin saya sampaikan kepada si pengirim ucapan. Sejak menit-menit pertama itu, saya sudah tersenyum akan orang-orang di sekitar (timeline) saya itu. Jujur saja, selama ini ulang tahun saya terlewati begitu saja, tapi kali ini sejak menit awal sudah mengajak saya lihat-lihat sambil senyum sebentar.

Ketika matahari terbit dan saya membuka mata, niat pergi ke kampus lebih awal untuk mengerjakan tugas di perpus sudah terbangun kuat. Orang-orang di rumah saya nampaknya santai-santai saja tak peduli dengan hari itu. Toh saya juga tidak terlalu mengharap apa-apa, malah cenderung senang mereka lupa jadi tidak usah bingung harus berekspresi apa kalau diucapkan selamat. Sampai akhirnya ketika semua orang sudah pergi, adik saya heboh ketika membuka facebook (iya, dia bahkan ingat via facebook) bersama sepupu saya. Kehebohannya berujung pada sambungan-sambungan telepon ke mama, papa, eyang, om, dan seluruh keluarga yang bisa ia hubungi. Saya hanya diam saja.

Hingga sekitar pukul sepuluh, saya masih berkutat mengerjakan tugas di dalam kamar dan batal ke perpus. Adik saya masih heboh ke sana kemari entah apa lagi. Sepupu saya terlihat lebih adem ayem bilang selamat lalu main game. Eyang saya tiba-tiba telpon, om saya juga, mama saya juga, papa saya juga, semuanyalah. Tiba-tiba ada yang datang, tapi saya tetap terus mengetik tugas. Sepupu saya masuk dan hanya bilang, "nggak tau tuh orang nggak penting," dengan wajah datar. Karena penasaran saya buka pintu kamar yang baru saja ditutup paksa oleh si adik yang kebakaran jenggot itu. Lalu ia malah marah-marah dan dorong saya kembali ke kamar. Saya sudah paham, tapi pasang wajah clueless. Beberapa menit kemudian Mama dan Papa saya membuka pintu kamar sambil membawa kue ulang tahun dan mengucap selamat ulang tahun. That awkward moment.




Setelah prosesi tiup lilin, potong kue, dan foto-foto semuanya kembali ke aktivitas masing-masing dan saya siap pergi ke kampus. Sampai di kampus saya parkir di basement dan berjalan dengan tenang-tenang saja menuju tangga, naik ke permukaan tanah.  Sinar matahari mulai menyinari kepala dan juga memperjelas pandangan. Beberapa anak tangga kemudian, saya mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat ditafsirkan sambil setengah berteriak, terkejut, tertawa, hampir menangis, dan menutup muka ketika beberapa orang melirik ke arah saya. Sebuah banner berukuran sekitar 2 x entah berapa meter menggantung cantik di tengah kampus, di atas jalan menuju kantin, segaris hampir lurus dari tangga basement, dan segaris lurus dengan tangga sansiro. Saya melihat wajah saya tersenyum, besar sekali di atas sana dengan kaki yang sudah berubah jadi sirip ikan. Saya hanya bisa lari-lari sambil tutup wajah dan kebingungan sendiri. Apa yang harus dilakukan ketika foto cantik yang sesungguhnya aib dipajang dengan ukuran raksasa begitu?

@ultrabells
Bodohnya saya malah lari ke kantin dan makin bingung karena tidak menemukan siapapun yang bisa saya hakimi. Akhirnya saya berlari lagi ke kelas setelah ingat tujuan awal untuk menumpuk tugas. Sepanjang jalan ke kelas, beberapa orang memberi selamat dan saya tidak tahu harus malu atau bagaimana. Saya paham siapa yang melakukan ini semua. Sebelum naik ke kelas, saya sempat bertemu mas Bisma yang masuk dalam daftar pelaku, ia hanya pasang wajah tak berdosa sambil mengucap selamat. Saya hanya bisa teriak-teriak sambil menutup wajah. Sesampainya di kelas, Tita segera berlari saat melihat saya. Butet dan Faida hanya senyam-senyum melihat saya teriak-teriak heboh mengutuki hasil pekerjaan mereka walaupun sesungguhnya saya terharu, tapi saya malu juga. Bayangkan, dari lantai dua saya dapat dengan jelas melihat senyum itu, senyum saya sendiri. Rasanya malu sekali, baru kali ini saya merasa malu yang tiada habisnya.

Ironisnya, semalam saya pulang hampir tengah malam selain menunggu cetakan tugas, ternyata saya juga menunggu cetakan banner itu. Ditambah lagi mereka meminjam flashdisk saya untuk menyimpan file-nya. Oke, saya sudah tidak bisa lagi mengungkapkan bagaimana ke-awesome-an teman-teman saya ini. Bahkan setelah banner-bya berhasil saya copot dengan paksa mereka masih memfoto saya dan membuat fitnah bahwa saya yang pasang banner itu sendiri. 

Ujung dari banner kontroversial itu adalah beberapa orang yang beberapa hari kemudian masih mengucapkan selamat sambil senyum-senyum. Foto banner itu kemudian disebarkan oleh salah seorang kakak angkatan di Bul. Alhasil, beberapa orang di Bul memanggil saya 'Duyung' sampai yang belum pernah tahu nama saya sekalipun. Beberapa waktu yang lalu tiba-tiba ada seorang mas-mas di Bul yang bahkan saya belum pernah kenalan berkata, "hei, kamu yang duyung itu kan?" lalu saya hanya senyum-senyum sambil tidak tahu harus jawab apalagi. Temannya lalu tanya, "duyung opo e?" dan ia hanya menjawab, "coba cek grup whatsapp." Saya hanya bisa berlalu tanpa berkata-kata....jadi sudah begitu jauh tersebarnya.....

Sesungguhnya saya tidak tahu harus berekspresi apa untuk banner istimewa ini. Kalau dibilang senang, tentu saja senang teman-teman saya begitu selo melakukan ini semua. Jujur saja saya jarang dapat surprise-surprise macam ini saat ulang tahun. Di sisi lain, saya yang jarang malu ini hari itu merasa sangat malu dan memilih menyibukkan diri mencetak berbagai hal untuk pameran daripada berlama-lama di kampus. Sungguh-sungguh, akhirnya saya punya perasaan malu yang amat dalam karena biasanya saya tidak pernah semalu ini. 

Esok harinya, selesai display foto pameran di YAP square, mereka masih belum puas mempermainkan saya. Tetiba saya sudah tak bisa bergerak dan tak bisa membuka mulut. Ya, saya akhirnya tau bagaiamana rasanya menjadi kecoa yang terbalik dan tak bisa kembali. Mereka mengikat tangan dan kaki saya, menggeletakan saya begitu saja di rumput yang bikin gatal lalu menyiram saya dengan air. Saya pun berguling dan sulit kembali, kini saya peduli dengan para kecoa. Dan, saya semakin tak paham dengan kepedulian teman-teman saya itu :') 

Terima kasih ya teman-teman yang begitu kejam mempermainkan harga diri saya. Semoga hasil keseloan kalian membuat saya cepat bertemu dengan jodoh idaman yang tampan rupawan dan jutawan. Maafkan saya yang terlalu lama memposting ini...karena sesungguhnya semua sudah terposting di benak saya yang terdalam. Semoga kalian mendapat balasan kebahagiaan dengan cara yang setimpal! Lihatlah betapa mereka mengidolakan saya.

Tita

Faida

Butet

Mas Bisma

Terima kasih ya teman-teman! Semoga Tuhan membalas keseloan kalian semua :') Aku seneng kok, tapi.....ya sudahlah. Aku senang kok! muah :*

7.16.2013

Zombie

Ini liburan dan tidak seperti biasanya saya merasa seperti zombie. Di hari-hari biasa saya pikir menjadi zombie adalah ketika semua pekerjaan datang di saat yang sama dan malam menjadi lebih panjang karena tidak banyak tidur. 

Anehnya, liburan ini saya sedang tidak berhasrat untuk pergi ke luar dari Jogja, entah apa yang merasuki saya. Pun saya tidak merasa sedih ketika saya tidak tahu akan melakukan apa. Apa ini artinya saya sudah mulai terbiasa menjadi pengangguran? Saya harap tidak karena itu berbahaya. Mungkin juga karena ini bulan puasa sehingga membuang-buang waktu terasa sangat sah. Entahlah. Setahu saya, saya bukan tipikal orang yang suka bangun pagi, namun juga bukan orang yang tidak menyesal sama sekali ketika menghabiskan lebih banyak waktu untuk tidur. Akhir-akhir ini  saya membiarkan diri saya tidur begitu saja. Ada yang salah. Entah kemarin saya terlalu lelah dan butuh ketenangan atau saya yang lupa diri. 

Lupa diri. Lupa dengan diri saya beberapa langkah ke belakang. Ada yang salah. Lalu saya merasa seperti zombie yang lupa diri, lalu berjalan entah ke mana dan tidak tahu apa yang dilakukan. Saya butuh membumikan pikiran saya supaya tidak melayang-layang dan mengarahkan diri saya ke arah yang... saya juga tidak tahu ke mana. 

Search This Blog