9.11.2014

Mission Accomplished : Kiluan!

Ada puluhan destinasi impian di benak saya dan Teluk Kiluan adalah satu dari deretan daftar itu. Pulau Kiluan yang terkenal dengan lumba - lumba berenang bebas di lautan lepas itu akhirnya terinjak juga oleh kaki. Setelah banyak tawar menawar dan pergantian destinasi ke timur dan barat, akhirnya saya berhasil berangkat juga bersama Myrna.

Ada banyak jalan menuju Roma, pun ke Kiluan. Cara pertama yang saya temukan adalah berangkat secara mandiri dan backpacker sejati menggunakan kereta ke Jakarta - Bus ke Merak - Kapal ke Bakauheni - Bus ke Bandar Lampung - Travel ke Kiluan - Naik jukung ke Pulau Kiluan - Naik Jukung lihat lumba-lumba. Nampak mudah bukan? Hanya saja jumlah kami hanya dua belum pernah menyebrang ke Bakauheni pula. Cara kedua, menuju Bakauheni secara mandiri, dijemput kenalan saudara yang ada di Kiluan. Sayangnya kami hanya berdua juga, siapalah yang membayar kursi-kursi kosong mobil sewaan nantinya kalau bukan kami.

Kami hampir menyerah dan akan berbalik ke timur lalu naik kereta hingga ke Banyuwangi dan menyebrang sampai Gilimanuk (yang tanpa disadari sesungguhnya lebih mengerikan). Demi mempertahankan keinginan dan impian saya, otak saya bekerja keras sambil mengetik berbagai macam keywords di google. Cara terakhir akhirnya saya temukan, open trip! Ah, kalau terdesak otak memang lebih cerdas dan keberuntungan tak akan pergi jauh-jauh. Di sebuah pertengahan malam akhirnya saya temukan paket open trip yang sesuai keinginan di sini . Penemuan yang begitu brilian ketika Myrna hampir menyerah dan sudah kesal dengan saya.

Perjalanan diawali dari terminal Kampung Rambutan yang juga meeting point semua peserta open trip. Sampai di Kampung Rambutan, keyakinan kami akan kebenaran keberangkatan trip ini masih sangat kurang meskipun kami sudah kepo semua akun media sosial trip leader- nya.  Kepercayaan kami akhirnya bersinar-sinar ketika akhirnya, trip leader yang begitu kami nanti-nantikan hadir di depan mata setelah satu jam menunggu di ruang tunggu terminal yang amat creepy. Saya dan Myrna bersalaman.

Perjalanan pertama menggunakan bus selama 3 jam menuju Merak. Tepat pukul 12 malam kami sampai di Merak yang ternyata begitu ngeri kalau dua anak perempuan macam kami pergi sendiri. All hail internet yang dapat mempertemukan 8 orang asing dalam satu perjalanan. Saya dan Myrna salaman lagi.

Selanjutnya, kami menyeberangi Selat Sunda dengan kapal ferri. Sejak awal pamit mau pergi ke Lampung, eyang dan om sudah mewanti-wanti "wah, pulang-pulang kamu bisa bawa tinggi (kutu kasur) dari kapal," pasalnya satu kasur di rumah sudah jadi korban kutu kasur Merak-Bakauheni dan meninggalkan banyak bentol di kulit tiap saya ke Jakarta sebelum akhirnya dibuang. Kisah itu nampaknya jadi bekal utama Myrna saat naik kapal dan bersikeras tidak mau turun dari atas kursi dan menyentuh kasur lapuk di bawahnya. Saya juga geli sebenarnya dan tidak berhasil duduk lama-lama di bawah lalu akhirnya menghabiskan tiga jam perjalanan tidur meringkuk di kursi.

Ha! Saya dan Myrna salaman lagi! Mas Trip Leader bukan penculik! Sampailah kami di Provinsi Lampung! Bandar Lampung masih jauh, saudara. Hari masih gelap, naik ke mobil setelah shalat shubuh saya tidur sampai hari terang. Ketika bangun, saya sarapan di sebuah warung yang nasi uduknya enak. Lalu tidur lagi sampai jam 9 ketika saya melihat pantai dan nyiur melambai-lambai di Pantai Klara. Saya sudah melewati Bandar Lampung saat terlelap dan terbuai mimpi. Hanya saja, perjalanan masih jauh juga saudara, jalanan masih berkelok dan bergelombang lubang-lubang.

Pukul 12 siang, saya dan Myrna salaman lagi dengan senyum luar biasa lebar! Kami benar-benar sampai Teluk Kiluan. Pasir pantainya sungguhan! Air lautnya sungguhan! Kami naik kapal sungguhan menyeberang ke P. Kelapa dari Tel. Kiluan. Tak ada yang berbohong, semua sungguhan! Saya bahagia sungguhan! Saya salaman lagi sama Myrna! Ini semua sungguhan! Ha!

Sesungguhnya, perjalanan ke Kiluan memang sangat panjang, 15 jam, Saudara!

Berhasil! Pulaunya sungguhan!

Pasir putih, laut toska, bukit hijau, hati yang gembira! 


1.26.2014

Setelah Sebulan

Setelah hampir sebulan yang lalu saya memandang langit dan melihat kembang api bermekaran, kini saatnya menuliskan hal-hal yang patut disyukuri di tahun 2013.

Buat saya, 2013 itu terlalu berlebihan. Kalau saya menganalogikan 2012 sebagai teh celup yang cepat menghitam, tahun 2013 adalah secangkir teh dengan gula yang lebih dari takaran. Meski begitu, tehnya enak jadi saya bahagia menghabiskan secangkir teh kemanisan itu.

Saya berhenti sejenak saat akan memulai paragraf ini dan mulai membuka catatan dan post blog selama 2013. Ternyata ada banyak sekali kejadian yang menurut saya terlalu singkat untuk hanya terjadi selama satu tahun. Saya terkesima dengan diri sendiri rasanya. Saya rasanya ingin merayakan keproduktifan saya di tahun 2013. Sungguh, ini adalah tahun terproduktif selama 19 tahun versi saya.

Di tahun 2013 saya juga membuat beberapa keputusan besar yang sedikit banyak mempengaruhi cara menjalani hidup hingga akhir tahun. Diawali dengan sebuah keputusan berkaitan dengan perasaan hati yang saya lakukan di bulan Maret. Keputusan itu juga sempat membuat heboh orang-orang yang membaca blog ini. Tulisan tentang itu tentu saja telah dihapus, tapi gosip yang beredar di bawah tanah tak akan pernah mampu saya hapus. Setelah dipikir-pikir mungkin saya hanya bosan dan ingin mencoba bereksperimen dengan kehidupan.

Keputusan lainnya adalah perihal konsentrasi di semester 3. Pada akhirnya saya pun mengambil konsentrasi strategis dengan pertimbangan... apa ya? jujur saja saya mengambil keputusan di luar kepala karena begitu jengah berbulan-bulan mempertimbangkan ini itu. Namun, bukan berarti saya main-main dalam merencanakan masa depan lho ya. Hanya saja ketika mengambil keputusan itu, saya sedang berada di puncak kejengahan atas perdebatan dalam diri sendiri. Di awal semester 3 saya pun sempat marah pada diri sendiri dan hal-hal yang mempengaruhi keputusan itu. Keputusan ini pun sedikit banyak menjadi jawaban atas mengapa saya menjadi lebih sinis, jahat, berpikiran buruk, dan lain-lainnya di tahun 2013.

Banyak hal membahagiakan di tahun 2013. Naik ke atas panggung Pinasthika, jadi finalis Caraka untuk kedua kali, jadi finalis video BNI, IP meningkat, lebaran serta liburan ke destinasi incaran, dan hal-hal tak terduga lain seperti datangnya 'idola' secara mendadak. Bertemu Banda Neira juga masuk dalam daftar kebahagiaan, lebih dari cinta yang terbalas. Banner besar memalukan saat ulang tahun adalah kebahagiaan lainnya. Stres-stres, pusing-pusing, nggak punya waktu, banyak pikiran, banyak kerjaan, dan nggak mampu memikirkan diri sendiri di beberapa sisi dapat dianggap sebagai kebahagiaan karena itu indikasi saya sedang melakukan sesuatu dan berat badan turun juga.

Ada juga hal-hal membahagiakan yang di lain sisi dapat dianggap sebagai peristiwa nelangsa. Teman dekat saya setahun terakhir yang jadian dengan lelaki impiannya misalnya. Duh saya sih senang banget, tapi saya tak munafik kalau setengahnya saya kehilangan juga. Bukan, saya bukan orang yang menjadikan punya pacar sebagai resolusi kok. Hanya saja.. naif saja kalau saya bilang saya ikhlas seratus persen ditinggal teman jadian, mungkin rasanya sama seperti diselingkuhi.

Tahun 2013 juga penuh duka. Sepanjang tahun ini saya banyak sekali pergi dari Jogja untuk menjenguk eyang saya di Semarang. Pada akhirnya, kunjungan-kunjungan saya dan keluarga harus berakhir karena eyang saya sudah dihilangkan sakitnya oleh Tuhan bersama dengan dirinya. Saat saya menjadi finalis Caraka 2012 saya tidak punya banyak waktu untuk mengunjungi eyang karena saya memutuskan pulang lebih pagi. Saat itu, saya bertekad untuk jadi finalis lagi tahun depan dan tinggal lebih lama. Sayangnya, saat saya jadi finalis di tahun 2013, sudah tidak ada lagi yangti yang menunggu saya untuk diajak makan siang di luar bersama. Saya tahu, saya tidak pernah dekat dan berusaha dekat dengan yangti saya, tapi ini malah menjadikan penyesalan luar biasa bagi saya. Satu bulan kemudian, eyang buyut saya di Kediri juga tiada.

Terlepas dari itu semua, dari duka yang terjadi, dari kisah cinta yang agak menyebalkan, dari segala yang membahagiakan yang terjadi di tahun 2013 saya hanya ingin bersyukur. Bersyukur telah disadarkan bahwa waktu tidak dapat diulang, bahwa proses adalah segalanya, bahwa berpikir positif adalah sebuah cara untuk mencapai tujuan. Saya bersyukur atas 2013 dan tak pernah menyesal meninggalkannya karena 2013 sudah memberi terlalu banyak untuk saya. Kini saatnya saya bekerjasama memaknai banyak hal untuk disyukuri dengan 2014.

Search This Blog