5.25.2015

Society and Anxiety

Empat tahun lalu, saya bisa keliling Surabaya tanpa telepon pintar. Saya bisa tersesat dengan tenang tanpa sinyal 3G apalagi HSDPA. Saya selalu selalu menghapus kata tersesat setiap bepergian, selama itu masih di tengah kota dan banyak manusia. Manusia-manusia yang dengan baik hati menjawab segala pertanyaan juga pasti akan serta merta membuang ketakutan-ketakutan itu.

Setahun terakhir saya merasakan perbedaan yang sangat terasa di tengah teman-teman seperjalanan. Ke mana pun perginya, jauh atau dekat, kecemasan yang hadir di tengah mereka tidak akan jauh dari telepon pintar. Kini, bepergian di kota besar pun seolah tersesat di tengah hutan belantara, seolah tidak ada siapapun yang bisa diajak bicara jika tersesat. Secara tidak sadar saya pun bertingkah seperti itu. 

Di awal tahun ini, saya pergi bersama keluarga menuju ke kota-kota di Jawa Timur menggunakan mobil. Bagi saya, tokoh utama dalam perjalanan itu adalah mbak-mbak Google yang berkata "in three hundreds metres, turn left" atau "your destination is on the right side". Kami percaya sepenuhnya pada mbak Google itu, membuat pedal gas diinjak dengan percaya diri, dengan mantap setir diputar ke arah kanan dan kiri karenanya. All hail Mbak Google!

 Pada suatu hari, saya pergi ke Solo dengan sepupu saya. Perjalanan yang seperti biasa direncanakan dengan sembarangan asal bisa bepergian. Tidak tahu mau ke mana, biar intuisi saja yang menentukan, begitulah kiranya semboyan kami sejak membeli tiket kereta. Sampai di Solo, tentu saja, intuisi bagi saya sudah termasuk bersama dengan Google Maps. Saat menentukan tujuan pertama, saya dengan sangat cemas menyentuh-nyentuh layar telepon pintar. Setelah naik bis, saya masih cemas melihat ke mana jalannya bis itu apakah mengarah kepada jalan yang benar. Hingga akhirnya, pada kali kesekian saya ingin bertanya pada Google tentang segala yang perlu kami lakukan, sepupu saya dengan tenang menjawab, "wis to, pake GPS gunakan penduduk sekitar aja to, lebih valid." Ya kalau dipikir-pikir memang benar sih, Google suka bohong, Google mudah ditipu orang iseng, Google bisa membuat saya tersesat, tapi tetap saja saya menaruh keyakinan kepadanya. Saya tidak tahu kapan hingga akhirnya manusia tidak punya waktu lagi bahkan untuk melamun karena setiap saat apa yang ada di internet mengajaknya bicara.  

1 comment:

  1. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Kalau aku lagi berpergian untuk refreshing biasanya akan jauh dari teknologi, jadi semua kembali ke old fashion way. More exciting. :)
    ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬

    ReplyDelete

Search This Blog