5.26.2015

Yamie Pathuk yang Lezat

Di tengah perbincangan tentang mie ayam enak di Jogja, saya mendengar pernyataan yang begitu mengagetkan. "Yamie Pathuk biasa aja, nggak begitu enak," ujar Revul. Saya hanya bisa terbelalak, kaget, dan merasa terkhianati. Bagaimana bisa, pikir saya. Tidak mungkin. Kecuali ia pernah makan yamie di Depot Mini, Banyuwangi, itu akan jadi lain cerita. Oh iya, besok saya cerita tentang depot mini yang menggelegar itu ya. Kembali ke Yamie Pathuk, manusia macam apa yang berani bicara hal itu? hah? Beraninya, lolong saya dalam hati. Sungguh congkak manusia ini.

Usut punya usut, Revul punya kebiasaan yang dapat mengacaukan cita rasa yamie semacam mie Pathuk. Ia menyiram seluruh kuah ke dalam mangkoknya dan mengaduk-aduknya. Itu bukan cara yang terhormat Revul, ingatlah! Kamu akan menyesal bila terus melakukannya. Yamie Pathuk harus diperlakukan dengan penuh cinta, dari adukan sumpit atau garpu yang penuh kasih itu, kenikmatannya akan tercampur. Kenikmatannya tidak akan hadir dengan kebrutalanmu. Ingat dan camkan itu baik-baik!

Kenikmatan Yamie Pathuk, bagi saya, ada di dalam sulur-sulur mie-nya. Jika dikunyah sambil terpejam, mie itu seolah berkomunikasi dengan otak. Ia menyampaikan kenikmatan yang tidak dapat digambarkan dengan apapun kecuali komunikasi yang intim di antara mie dan otak saya.

Lalu bagaimana caranya supaya itu bicara tentang kenikmatannya? Begini cara berkomunikasi dengan mie Pathuk cara saya, pindahkan beberapa sendok kuahnya ke atas mie, lalu aduk perlahan, gulung mie-nya, dan kunyah perlahan. Lakukan dengan khidmat. Mie itu sangat sakral, jangan diperlakukan dengan kasar, Jangan! Ingat Revul, coba besok ke Yamie Pathuk lagi, lalu lakukan langkah-langkah di atas, Bila tetap tidak enak, ya sudah memang selera kita yang berbeda.

xoxo

No comments:

Post a Comment

Search This Blog